Dari penelusuran normatif, ilmu kepariwisataan diakui merupakan rumpun dari Seni Kriya. Namun, banyak pula pihak yang menafsirkan bahwa ilmu kepariwisataan adalah ilmu mandiri. Adapun Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung yang telah lama berperan dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan kepariwisataan, menganut paham bahwa kepariwisataan bukan sains, tetapi merupakan ilmu terapan. Paham ini akhirnya banyak dicontoh oleh sekolah tinggi kepariwisataan lainnya.
Dilihat dari Perspektif industri, SDM bidang pariwisata kian hari kian dibutuhkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan skilled labour, untuk menempati posisi-posisi stategis di dalam dunia industri pariwisata. Hal ini memang realitas yang menjadi dasar bagi lebih difokuskannya pendidikan kepariwisataan pada main stream profesionalistik, baik yang beorientasi pada odel anglo-saxon maupun anglo-america.
Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan bahan-bahan bacaan yang mendukung, namun dewasa ini ketersediaan bacaan kepariwisataan sangat langka. Hal ini dirasakan sendiri oleh penuis ketika pertama kali melansir buku bacaan tentang hal itu pada tahun 90-an, hasilnya mendapat tanggapan yang cukup positif dari kalangan akademis. Kebutuhan akan bahan bacaan ini semakin terasa penting seiring dengan bertumbuhnya pendidikan tinggi kepariwisataan di Indonesia.
Dengan latar mengintrodusir fenomena kepariwisataan di Indonesia, buku ini lebih menekankan pada kerangka umum yakni pengertian dan deskripsi akan kajian kepariwisataan dalam pengelolaannya